Gau Maraja, Gema yang Menolak Padam

Oleh: Andi Dahrul

Gau Maraja La Patau Soppeng 2023 bukan sekadar helatan budaya, ia bagai gelegar guruh pertama yang membangunkan ingatan yang lama terlelap.

Di balik tarian, simbol, dan sorak meriah, sesungguhnya yang paling nyaring bukan musiknya melainkan peran tak terbantahkan dari Perkumpulan Wija Raja La Patau Matanna Tikka (PERWIRA-LPMT).

Laksana juru kunci yang membuka gerbang warisan, PERWIRA-LPMT bukan hanya penggagas, tapi dalang yang menganyam skenario agung tanpa perlu memegang mikrofon di tengah panggung.

Kolaborasi dalam peristiwa ini tak ubahnya orkestra budaya yang tak sumbang. Pemerintah Kabupaten Soppeng memainkan klarinet birokrasi, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX memetik dawai konservasi, dan PERWIRA-LPMT meniupkan roh dalam komposisi sejarah yang terangkai.

Semua alat berpadu, tak ada yang memonopoli nada, dan itulah harmoni sejati, sesuatu yang langka di zaman ketika banyak pihak lebih suka tampil solo di pentas kolektif.

Namun kini, dari Soppeng menuju Maros, gema itu diuji akankah PERWIRA-LPMT kembali menabuh gendang semerdu itu di Gau Maraja Leang-Leang 2025? Di antara cadas purba Leang-Leang dan riwayat agung Butta Salewangen, para wija berdiri seperti pemanah menanti aba-aba. Maros bukan hanya tempat, ia adalah halaman lain dari kitab besar La Patau Matanna Tikka, Datu Soppeng XVIII, dan Ranreng Tuwa Wajo yang tak pernah ditutup, hanya jarang dibuka.

Misi yang dibawa kali ini lebih dari sekadar perayaan, ini adalah ziarah kultural menuju akar. Pertanyaannya bukan lagi “siapa yang hadir”, melainkan “apa yang dibangkitkan”.

Akankah Maros menjadi altar tempat La Patau disapa kembali dengan hormat, atau hanya panggung selfie yang diguyur likes dan tawa basa-basi? Para wija menanti, bukan dengan terompet, tapi dengan harapan bahwa Gau Maraja Leang-Leang 2025 tidak berakhir sebagai jejak kaki yang cepat hilang disapu ombak kekinian.

Karena jika sejarah adalah sungai, maka PERWIRA-LPMT adalah pemeta arusnya. Dan Maros, dengan segala keramat dan kenang, adalah perairan yang tak boleh dibiarkan surut. Sebab di tanah itu, La Patau bukan sekadar nama, ia adalah denyut. Dan tak peduli berapa kali zaman mengganti kulitnya, gaung sejarah tak akan pernah padam selama masih ada yang sudi menjadi gema.

Ketapang 14 Mei 2025

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *